Senin, 26 Januari 2009

Islam Masuk ke Nusantara Saat Rasulullah SAW Masih Hidup

Islam masuk ke Nusantara dibawa para pedagang dari Gujarat, India, diabad ke 14 Masehi. Teori masuknya Islam ke Nusantara dari Gujarat inidisebut juga sebagai Teori Gujarat. Demikian menurut buku-buku sejarahyang sampai sekarang masih menjadi buku pegangan bagi para pelajarkita, dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan atas, bahkan dibeberapa perguruan tinggi.Namun, tahukah Anda bahwa Teori Gujarat ini berasal dari seorangorientalis asal Belanda yang seluruh hidupnya didedikasikan untukmenghancurkan Islam? Orientalis ini bernama Snouck Hurgronje, yangdemi mencapai tujuannya, ia mempelajari bahasa Arab dengan sangatgiat, mengaku sebagai seorang Muslim, dan bahkan mengawini seorangMuslimah, anak seorang tokoh di zamannya.Menurut sejumlah pakar sejarah dan juga arkeolog, jauh sebelum NabiMuhammad SAW menerima wahyu, telah terjadi kontak dagang antara parapedagang Cina, Nusantara, dan Arab. Jalur perdagangan selatan inisudah ramai saat itu.Mengutip buku Gerilya Salib di Serambi Makkah (Rizki Ridyasmara,Pustaka Alkautsar, 2006) yang banyak memaparkan bukti-bukti sejarahsoal masuknya Islam di Nusantara, Peter Bellwood, Reader inArchaeology di Australia National University, telah melakukan banyakpenelitian arkeologis di Polynesia dan Asia Tenggara.Bellwood menemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa sebelum abadkelima masehi, yang berarti Nabi Muhammad SAW belum lahir, beberapajalur perdagangan utama telah berkembang menghubungkan kepulauanNusantara dengan Cina. Temuan beberapa tembikar Cina serta benda-bendaperunggu dari zaman Dinasti Han dan zaman-zaman sesudahnya di selatanSumatera dan di Jawa Timur membuktikan hal ini.Dalam catatan kakinya Bellwood menulis, "Museum Nasional di Jakartamemiliki beberapa bejana keramik dari beberapa situs di SumateraUtara. Selain itu, banyak barang perunggu Cina, yang beberapa diantaranya mungkin bertarikh akhir masa Dinasti Zhou (sebelum 221 SM),berada dalam koleksi pribadi di London. Benda-benda ini dilaporkanberasal dari kuburan di Lumajang, Jawa Timur, yang sudah seringdijarah…" Bellwood dengan ini hendak menyatakan bahwa sebelum tahun221 SM, para pedagang pribumi diketahui telah melakukan hubungandagang dengan para pedagang dari Cina.Masih menurutnya, perdagangan pada zaman itu di Nusantara dilakukanantar sesama pedagang, tanpa ikut campurnya kerajaan, jika yangdimaksudkan kerajaan adalah pemerintahan dengan raja dan memilikiwilayah yang luas. Sebab kerajaan Budha Sriwijaya yang berpusat diselatan Sumatera baru didirikan pada tahun 607 Masehi (Wolters 1967;Hall 1967, 1985). Tapi bisa saja terjadi, "kerajaan-kerajaan kecil"yang tersebar di beberapa pesisir pantai sudah berdiri, walau yangterakhir ini tidak dijumpai catatannya.Di Jawa, masa sebelum masehi juga tidak ada catatan tertulisnya.Pangeran Aji Saka sendiri baru "diketahui" memulai sistem penulisanhuruf Jawi kuno berdasarkan pada tipologi huruf Hindustan pada masaantara 0 sampai 100 Masehi. Dalam periode ini di Kalimantan telahberdiri Kerajaan Hindu Kutai dan Kerajaan Langasuka di Kedah, Malaya.Tarumanegara di Jawa Barat baru berdiri tahun 400-an Masehi. DiSumatera, agama Budha baru menyebar pada tahun 425 Masehi dan mencapaikejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya.Temuan G. R TibbetsAdanya jalur perdagangan utama dari Nusantara—terutama Sumatera danJawa—dengan Cina juga diakui oleh sejarahwan G. R. Tibbetts. BahkanTibbetts-lah orang yang dengan tekun meneliti hubungan perniagaan yangterjadi antara para pedagang dari Jazirah Arab dengan para pedagangdari wilayah Asia Tenggara pada zaman pra Islam. Tibbetts menemukanbukti-bukti adanya kontak dagang antara negeri Arab dengan Nusantarasaat itu."Keadaan ini terjadi karena kepulauan Nusantara telah menjadi tempatpersinggahan kapal-kapal pedagang Arab yang berlayar ke negeri Cinasejak abad kelima Masehi, " tulis Tibbets. Jadi peta perdagangan saatitu terutama di selatan adalah Arab-Nusantara-China.Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok juga menyebutkan bahwa menjelangseperempat tahun 700 M atau sekitar tahun 625 M—hanya berbeda 15 tahunsetelah Rasulullah menerima wahyu pertama atau sembilan setengah tahunsetelah Rasulullah berdakwah terang-terangan kepada bangsa Arab—disebuah pesisir pantai Sumatera sudah ditemukan sebuah perkampunganArab Muslim yang masih berada dalam kekuasaan wilayah Kerajaan BudhaSriwijaya.Di perkampungan-perkampungan ini, orang-orang Arab bermukim dan telahmelakukan asimilasi dengan penduduk pribumi dengan jalan menikahiperempuan-perempuan lokal secara damai. Mereka sudah beranak–pinak disana. Dari perkampungan-perkampungan ini mulai didirikan tempat-tempatpengajian al-Qur'an dan pengajaran tentang Islam sebagai cikal bakalmadrasah dan pesantren, umumnya juga merupakan tempat beribadah (masjid).Temuan ini diperkuat Prof. Dr. HAMKA yang menyebut bahwa seorangpencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telahmenemukan satu kelompok bangsa Arab yang membuat kampung dan berdiamdi pesisir Barat Sumatera. Ini sebabnya, HAMKA menulis bahwa penemuantersebut telah mengubah pandangan orang tentang sejarah masuknya agamaIslam di Tanah Air. HAMKA juga menambahkan bahwa temuan ini telahdiyakini kebenarannya oleh para pencatat sejarah dunia Islam diPrincetown University di Amerika.Pembalseman Firaun Ramses II Pakai Kapur Barus Dari NusantaraDari berbagai literatur, diyakini bahwa kampung Islam di daerahpesisir Barat Pulau Sumatera itu bernama Barus atau yang juga disebutFansur. Kampung kecil ini merupakan sebuah kampung kuno yang berada diantara kota Singkil dan Sibolga, sekitar 414 kilometer selatan Medan.Di zaman Sriwijaya, kota Barus masuk dalam wilayahnya. Namun ketikaSriwijaya mengalami kemunduran dan digantikan oleh Kerajaan AcehDarussalam, Barus pun masuk dalam wilayah Aceh.Amat mungkin Barus merupakan kota tertua di Indonesia mengingat dariseluruh kota di Nusantara, hanya Barus yang namanya sudahdisebut-sebut sejak awal Masehi oleh literatur-literatur Arab, India,Tamil, Yunani, Syiria, Armenia, China, dan sebagainya.Sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus, salah seorangGubernur Kerajaan Yunani yang berpusat di Aleksandria Mesir, pada abadke-2 Masehi, juga telah menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumateraterdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang dikenalmenghasilkan wewangian dari kapur barus.Bahkan dikisahkan pula bahwa kapur barus yang diolah dari kayu kamferdari kota itu telah dibawa ke Mesir untuk dipergunakan bagipembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun sejak Ramses II atausekitar 5. 000 tahun sebelum Masehi!Berdasakan buku Nuchbatuddar karya Addimasqi, Barus juga dikenalsebagai daerah awal masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abadke-7 Masehi. Sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus,di batu nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi. Inimemperkuat dugaan bahwa komunitas Muslim di Barus sudah ada pada era itu.Sebuah Tim Arkeolog yang berasal dari Ecole Francaise D'extreme-Orient(EFEO) Perancis yang bekerjasama dengan peneliti dari Pusat PenelitianArkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua-Barus, telah menemukan bahwapada sekitar abad 9-12 Masehi, Barus telah menjadi sebuah perkampunganmulti-etnis dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India,China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu, dan sebagainya.Tim tersebut menemukan banyak benda-benda berkualitas tinggi yangusianya sudah ratusan tahun dan ini menandakan dahulu kala kehidupandi Barus itu sangatlah makmur.Di Barus dan sekitarnya, banyak pedagang Islam yang terdiri dari orangArab, Aceh, dan sebagainya hidup dengan berkecukupan. Mereka memilikikedudukan baik dan pengaruh cukup besar di dalam masyarakat maupunpemerintah (Kerajaan Budha Sriwijaya). Bahkan kemudian ada juga yangikut berkuasa di sejumlah bandar. Mereka banyak yang bersahabat, jugaberkeluarga dengan raja, adipati, atau pembesar-pembesar Sriwijayalainnya. Mereka sering pula menjadi penasehat raja, adipati, ataupenguasa setempat. Makin lama makin banyak pula penduduk setempat yangmemeluk Islam. Bahkan ada pula raja, adipati, atau penguasa setempatyang akhirnya masuk Islam. Tentunya dengan jalan damai (Rz, Bersambung)----------------------------------------http://www.eramuslim.com/news/tha/46072b31.htmIslam Masuk ke Nusantara Ketika Rasulullah SAW Masih Hidup (Bag.2, Tamat)Rabu, 28 Mar 07 14:23 WIBSejarahwan T. W. Arnold dalam karyanya "The Preaching of Islam" (1968)juga menguatkan temuan bahwa agama Islam telah dibawa olehmubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abadke-7 M.Setelah abad ke-7 M, Islam mulai berkembang di kawasan ini, misal,menurut laporan sejarah negeri Tiongkok bahwa pada tahun 977 M,seorang duta Islam bernama Pu Ali (Abu Ali) diketahui telahmengunjungi negeri Tiongkok mewakili sebuah negeri di Nusantara (F.Hirth dan W. W. Rockhill (terj), Chau Ju Kua, His Work On Chinese andArab Trade in XII Centuries, St.Petersburg: Paragon Book, 1966, hal. 159).Bukti lainnya, di daerah Leran, Gresik, Jawa Timur, sebuah batu nisankepunyaan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun bertanggaltahun 1082 telah ditemukan. Penemuan ini membuktikan bahwa Islam telahmerambah Jawa Timur di abad ke-11 M (S. Q. Fatini, Islam Comes toMalaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39).Dari bukti-bukti di atas, dapat dipastikan bahwa Islam telah masuk keNusantara pada masa Rasulullah masih hidup. Secara ringkas dapatdipaparkan sebagai berikut: Rasululah menerima wahyu pertama di tahun610 M, dua setengah tahun kemudian menerima wahyu kedua (kuartalpertama tahun 613 M), lalu tiga tahun lamanya berdakwah secaradiam-diam—periode Arqam bin Abil Arqam (sampai sekitar kuartal pertamatahun 616 M), setelah itu baru melakukan dakwah secara terbuka dariMakkah ke seluruh Jazirah Arab.Menurut literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuahperkampungan Arab Islam di pesisir Sumatera (Barus). Jadi hanya 9tahun sejak Rasulullah SAW memproklamirkan dakwah Islam secaraterbuka, di pesisir Sumatera sudah terdapat sebuah perkampungan Islam.Selaras dengan zamannya, saat itu umat Islam belum memiliki mushafAl-Qur'an, karena mushaf Al-Qur'an baru selesai dibukukan pada zamanKhalif Utsman bin Affan pada tahun 30 H atau 651 M. Naskah Qur'anpertama kali hanya dibuat tujuh buah yang kemudian oleh Khalif Utsmandikirim ke pusat-pusat kekuasaan kaum Muslimin yang dipandang pentingyakni (1) Makkah, (2) Damaskus, (3) San'a di Yaman, (4) Bahrain, (5)Basrah, (6) Kuffah, dan (7) yang terakhir dipegang sendiri oleh KhalifUtsman.Naskah Qur'an yang tujuh itu dibubuhi cap kekhalifahan dan menjadidasar bagi semua pihak yang berkeinginan menulis ulang. Naskah-naskahtua dari zaman Khalifah Utsman bin Affan itu masih bisa dijumpai dantersimpan pada berbagai museum dunia. Sebuah di antaranya tersimpanpada Museum di Tashkent, Asia Tengah.Mengingat bekas-bekas darah pada lembaran-lembaran naskah tua itu makapihak-pihak kepurbakalaan memastikan bahwa naskah Qur'an itu merupakanal-Mushaf yang tengah dibaca Khalif Utsman sewaktu mendadak kaumperusuh di Ibukota menyerbu gedung kediamannya dan membunuh sang Khalifah.Perjanjian Versailes (Versailes Treaty), yaitu perjanjian damai yangdiikat pihak Sekutu dengan Jerman pada akhir Perang Dunia I, di dalampasal 246 mencantumkan sebuah ketentuan mengenai naskah tuapeninggalan Khalifah Ustman bin Affan itu yang berbunyi: (246) Didalam tempo enam bulan sesudah Perjanjian sekarang ini memperolehkekuatannya, pihak Jerman menyerahkan kepada Yang Mulia Raja Hejaznaskah asli Al-Qur'an dari masa Khalif Utsman, yang diangkut dariMadinah oleh pembesar-pembesar Turki, dan menurut keterangan, telahdihadiahkan kepada bekas Kaisar William II (Joesoef Sou'yb, SejarahKhulafaur Rasyidin, Bulan Bintang, cet. 1, 1979, hal. 390-391).Sebab itu, cara berdoa dan beribadah lainnya pada saat itu diyakiniberdasarkan ingatan para pedagang Arab Islam yang juga termasuk paraal-Huffadz atau penghapal al-Qur'an.Menengok catatan sejarah, pada seperempat abad ke-7 M, kerajaan BudhaSriwijaya tengah berkuasa atas Sumatera. Untuk bisa mendirikan sebuahperkampungan yang berbeda dari agama resmi kerajaan—perkampungan ArabIslam—tentu membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum diizinkanpenguasa atau raja. Harus bersosialisasi dengan baik dulu kepadapenguasa, hingga akrab dan dipercaya oleh kalangan kerajaan maupunrakyat sekitar, menambah populasi Muslim di wilayah yang sama yangberarti para pedagang Arab ini melakukan pembauran dengan jalanmenikahi perempuan-perempuan pribumi dan memiliki anak, setelah semuasyarat itu terpenuhi baru mereka—para pedagang Arab Islam ini—bisamendirikan sebuah kampung di mana nilai-nilai Islam bisa hidup dibawah kekuasaan kerajaan Budha Sriwijaya.Perjalanan dari Sumatera sampai ke Makkah pada abad itu, denganmempergunakan kapal laut dan transit dulu di Tanjung Comorin, India,konon memakan waktu dua setengah sampai hampir tiga tahun. Jika tahun625 dikurangi 2, 5 tahun, maka yang didapat adalah tahun 622 Masehilebih enam bulan. Untuk melengkapi semua syarat mendirikan sebuahperkampungan Islam seperti yang telah disinggung di atas, setidaknyamemerlukan waktu selama 5 hingga 10 tahun.Jika ini yang terjadi, maka sesungguhnya para pedagang Arab yangmula-mula membawa Islam masuk ke Nusantara adalah orang-orang ArabIslam generasi pertama para shahabat Rasulullah, segenerasi dengan Alibin Abi Thalib r. A..Kenyataan inilah yang membuat sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegarasangat yakin bahwa Islam masuk ke Nusantara pada saat Rasulullah masihhidup di Makkah dan Madinah. Bahkan Mansyur Suryanegara lebih beranilagi dengan menegaskan bahwa sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul,saat masih memimpin kabilah dagang kepunyaan Khadijah ke Syam dandikenal sebagai seorang pemuda Arab yang berasal dari keluargabangsawan Quraisy yang jujur, rendah hati, amanah, kuat, dan cerdas,di sinilah ia bertemu dengan para pedagang dari Nusantara yang jugatelah menjangkau negeri Syam untuk berniaga."Sebab itu, ketika Muhammad diangkat menjadi Rasul dan mendakwahkanIslam, maka para pedagang di Nusantara sudah mengenal beliau denganbaik dan dengan cepat dan tangan terbuka menerima dakwah beliau itu, "ujar Mansyur yakin.Dalam literatur kuno asal Tiongkok tersebut, orang-orang Arab disebutsebagai orang-orang Ta Shih, sedang Amirul Mukminin disebut sebagaiTan mi mo ni'. Disebutkan bahwa duta Tan mi mo ni', utusan Khalifah,telah hadir di Nusantara pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah danmenceritakan bahwa mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah dengantelah tiga kali berganti kepemimpinan. Dengan demikian, duta Muslimitu datang ke Nusantara di perkampungan Islam di pesisir pantaiSumatera pada saat kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan (644-656 M).Hanya berselang duapuluh tahun setelah Rasulullah SAW wafat (632 M).Catatan-catatan kuno itu juga memaparkan bahwa para peziarah Budhadari Cina sering menumpang kapal-kapal ekspedisi milik orang-orangArab sejak menjelang abad ke-7 Masehi untuk mengunjungi India dengansinggah di Malaka yang menjadi wilayah kerajaan Budha Sriwijaya.Gujarat Sekadar Tempat SinggahJelas, Islam di Nusantara termasuk generasi Islam pertama. Inilah yangoleh banyak sejarawan dikenal sebagai Teori Makkah. Jadi Islam diNusantara ini sebenarnya bukan berasal dari para pedagang India(Gujarat) atau yang dikenal sebagai Teori Gujarat yang berasal dariSnouck Hurgronje, karena para pedagang yang datang dari India, merekaini sebenarnya berasal dari Jazirah Arab, lalu dalam perjalananmelayari lautan menuju Sumatera (Kutaraja atau Banda Aceh sekarangini) mereka singgah dulu di India yang daratannya merupakan sebuahtanjung besar (Tanjung Comorin) yang menjorok ke tengah SamuderaHindia dan nyaris tepat berada di tengah antara Jazirah Arab denganSumatera.Bukalah atlas Asia Selatan, kita akan bisa memahami mengapa parapedagang dari Jazirah Arab menjadikan India sebagai tempat transityang sangat strategis sebelum meneruskan perjalanan ke Sumatera maupunyang meneruskan ekspedisi ke Kanton di Cina. Setelah singgah di Indiabeberapa lama, pedagang Arab ini terus berlayar ke Banda Aceh, Barus,terus menyusuri pesisir Barat Sumatera, atau juga ada yang ke Malakadan terus ke berbagai pusat-pusat perdagangan di daerah ini hinggapusat Kerajaan Budha Sriwijaya di selatan Sumatera (sekitarPalembang), lalu mereka ada pula yang melanjutkan ekspedisi ke Cinaatau Jawa.Disebabkan letaknya yang sangat strategis, selain Barus, Banda Acehini telah dikenal sejak zaman dahulu. Rute pelayaran perniagaan dariMakkah dan India menuju Malaka, pertama-tama diyakini bersinggungandahulu dengan Banda Aceh, baru menyusuri pesisir barat Sumatera menujuBarus. Dengan demikian, bukan hal yang aneh jika Banda Aceh inilahyang pertama kali disinari cahaya Islam yang dibawa oleh para pedagangArab. Sebab itu, Banda Aceh sampai sekarang dikenal dengan sebutanSerambi Makkah.(Rz, Tamat)

0 komentar:

Waktu Sholat

Dusuner Member Alpha

Dusuner Player


MusicPlaylistRingtones
Create a playlist at MixPod.com

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template