Math Test

Setelah selesai upacara, kelas dhe dusun kabarnya akan mengikuti test matematika. Namun, jika dilihat situasinya sepertinya tidak memungkinkan untuk melaksanakan test pada hari itu. Para siswa pun dapat sedikit bernafas lega. Saat guru matematika masuk ke kelas, guru tersebut mnegatakan bahwa pelajaran matematika tekah terpotong dengan kegiatan upacara sehingga tinggal tersisa beberapa menit lagi. "Pak ulangannya nggak jadi", kata Dei. Namun, ternyata jam pelajaran Bahasa Indonesia akan diambil oleh pelajaran matematika sehingga test tetap akan dilaksanakan. Semua siswa dhe dusun pun kecewa. Ya.. kata orang mah Sarua Kehed. Soal pun dibagikan. Awalnya berlangsung tertib. Kemudian ketika guru tersebut berkeliling sambil mengawasi, Alfian mengangkat tanganya dan bertanya apakah kertas kotretan akan dikumpulkan. Guru tersebut mengatakan bahwa kertas kotretan harus dikumpulkan dan harus rapih. Alfian pun dengan kecewa mengulang kembali kotretannya karena acak-acakan. Setelah bel yang bertanda bahwa telah lewat jam pelajaran, mulailah terdengar suara siswa yang mulai stres mengerjakan soal, terutama pada kursi belakang. "Eh ja, duduk di depan Alfian stress", kata Made kepada Faza. Faza pun melihat Alfian sedang berjoget sambil bershalawat. "Biar kagak Stress", katanya. Detik-detik pun berlalu, sampai tiba saatnya dimana detik teramat berharga, yaitu 10 menit sebelum dikumpulkan lembar test. Tingkah laku yang menunjukkan kepanikan pun mulai menjadi. Ada yang memainkan tirai, ada yang bernyanyi sambil berjoget, ada yang memukul-mukul meja, dan sebagainya. Setelah waktu mengerjakkan test berakhir, banyak siswa yang bertanya kepada Inasya, yang katanya mendapat nilai 100. Inasya pun menjelaskan sejara detail. Kemudian, di tangga menuju lapangan, "Eh udah geura jangan dibahas lagi!", kata Faiz. "Ya kagak usah", sambung Radit. Kemudian di lapangan, Alfian mendekati Faiz. "Eh lu nomor 5 brapa ?", tanya Fian. "Jangan dibahas, gua bakar lu!",ujar Faiz.